Sudah dua tahun saya postkan sajak yang dinukil oleh seorang bangsa Indonesia.
Saya masih terfikir2 tentang isi sajak ini yang pada saya amat menyentuh jiwa saya.
Walaupun, hari ini adalah debat antara presiden MCA, Chua Soi Lek dan Pemimpin DAP, Lim Guan Eng, tentang persimpangan politik Cina, ia sebenarnya juga persimpangan politik Melayu yang amat getir kerana persimpangan inilah yang akan di ambil peluang oleh DAP untuk mengwujudkan politik dua bangsa sebagaimana yang dimajukan oleh Chua Soi Lek.
Kerana ini saya hormat akan strategi Soi Lek. Pada sebenarnya, politik Malaysia berkisar antara pimpinan dua kaum saje, Dan perhubungan baik dua kaum ini lah yang telah berjaya membawa Malaysia dimana kita berada sekarang.
BENDERA SETENGAH TIANG
----------------------------------
Ada mayat terbaring tak ada daya
Tak ada bisa, tak ada sapa
Manusia itu dulu pemegang segala
Kakinya adalah hempasan petani tua
Tanggannya adalah dendam pahlawan bangsa
Matanya adalah ketakutan rakyat jelata
Mahasiswa menjerit atas nama demokrasi
Mahasiswa menjerit akan sakit hati
Politikus rakus merunduk di bawahnya
Yang diam tak sanggup menahan bencana
Ada pernah terjadi di masanya
Hari ini dia diam
Hari ini habis sudah peluru, belati, bambu runcing dan pisau gerigi
Ia mayat yang terbaring
Manusia itu kini bukan siapa-siapa
Kakinya adalah penuntunnya menuju pintu Illahi
Tanggannya adalah pembicara hati nurani
Matanya adalah ketakutannya sendiri
Rakyat kini maju sendiri
Sejarah hanyalah pencatat yang setia
Sejarah hanyalah pendengar yang berwibawa
Aku, kamu dan kita...
Adalah demokrasi yang sebenarnya
Hari ini bendera sang saka setengah tiang
Bukan karena setengah hati
Tapi karena tlah berjuang setengah mati.
------------ --------- --------- --------- --------- --------- -
Tanti-saja.
Batavia, 150208
Read more: http://siamangbukit.blogspot.com/2008/04/bendera-setengah-tiang.html
No comments:
Post a Comment