Bebel Without a Clause

Bebel Without a Clause

Thursday, April 9, 2015

JOKOWI dah mula lemau..................................Jangan ada pemimpin yang mula sudah lemau atas janji2 yag tak realistik

JANGAN TERLALU BEREMOSI DAN TAKSUB MENAIKKAN KEMAMPUAN SESEORANG INSAN YANG HAKIKI DI LAHIRKAN LEMAH.
Walaupun semangat ada namun matlamat mesti realistic dan kerja mest berpasukan. Kalau tidak kita akan jadi lemau, hangat2 tahi ayam, dan akhirnya rakyat akan membencikan kita.
Selanjutnya disini
_____________________________________________________________________
Jokowi memang layak disebut tokoh fenomenal sebelum dan setelah Pemilihan Presiden 2014. Mantan Wali Kota Solo itu kariernya melejit.

Sebelum menang sebagai presiden, ia terlebih dahulu menjadi pemenang Pemilihan Gubernur DKI-Jakarta berpasangan dengan Ahok. Berbekal popularitas saat memimpin Solo dan DKI, Jokowi ”naik kelas,” menjadi calon presiden yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Harapan publik sebelum pilpres begitu besar terhadap sosok Jokowi untuk memimpin Indonesia.

Salam dua jari sebagai ikon para pendukung Jokowi terus berkibar didunia maya dan dalam setiap perhelatan akbar kampanye yang mereka lakukan. Para pendukung Jokowi dengan suka rela membentuk ”organisasi” relawan untuk mendukung sang calon Presiden. Para relawan tumbuh seiring cita-cita dan harapannya masingmasing.

Harapan mereka begitu besar bahkan sangat muluk bahwa sosok Jokowi akan dapat mengatasi pelbagai persoalan yang sedang dihadapi Indonesia. Setelah Jokowi- JK resmi dilantik menjadi presiden, sorot mata rakyat dengan berjuta perasaan dan harapan terpahat saat mereka turut mengiringi sang Presiden dengan kereta kuda hingga pintu Istana.

Sejumlah media nasional dan internasional juga mengungkapkan hal yang sama. Majalah Time membuat cover khusus dengan judul A New Hope (Harapan Baru). Media-media di Tanah Air pun memuat headline yang hampir mirip, harapan baru kepemimpinan Jokowi di panggung politik nasional. Itulah politik.

Politik sebagai seni memoles citra dan elektabilitas. Dalam politik akan selalu muncul fenomena silih berganti ”pemimpin yang disanjung dan pemimpin yang junjung”. Tapi, jangan lupa, sejarah politik juga memperlihatkan banyak pemimpin yang disanjung dan dijunjung, berubah dengan cara yang sebaliknya.

Mereka yang Mulai Kecewa

Hasil survei Indo Barometer terbaru yang dirilis 5 April menunjukkan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden Jokowi rendah. Hanya sekitar 57,5% masyarakat puas terhadap kinerja Presiden Jokowi. Survei ini dapat dimaknai sebagai peringatan dini (early warning) bagi pemerintahan Jokowi sebab pemerintahan baru berjalan enam bulan.

Ketidakpuasan para pendukung Jokowi dan sebagian rakyat lainnya dimulai dari sejumlah kebijakan Presiden yang kontroversial. Respons publik tidak terlalu bergairah saat Presiden mengumumkan susunan Kabinet Kerja. Nuansa politik balas budi masih terasa begitu kental ketimbang kabinet kerja dan profesional yang dijanjikan.

Drama politik Teuku Umar yang begitu kental, begitu telanjang di mata publik seluruh Indonesia. Reaksi publik yang ”diam” satu bulan setelah Presiden Jokowi- JK dilantik dengan menaikkan sekaligus mencabut subsidi premium telah membuat rakyat kecil ”terdiam.” Turun-naik harga BBM telah membuat perasaan dan hati rakyat terkoyak.

No comments:

Post a Comment

Blog Archive